Menurut Nurmalena, kata indang secara etimologis berarti nyiru atau alat pemapi beras.
"Dapat dikatakan ada hubungan asosiatif antara kata indang dengan pertunjukannya, karena kata indang atau mengindang beras juga menyeleksi kata-kata kiasan lawan sedemikian rupa, sehingga masing-masing tim yang saling berhadapan tidak kecolongan," jelas Nurmalena.
Lebih lanjut, Efrida mengungkapkan bahwa kesenianIindang dalam penampilannya dilakukan secara berkelompok.
Masing-masing kelompok tersebut terdiri dari delapan orang yang semuanya adalah laki-laki.
Tari Indang memiliki gerakan yang monoton dengan iringan syair lagu bernuansa Islam. Dalam pementasannya, tari Indang biasanya dilakukan oleh bebera kelompok yang saling bertanding untuk menjawab syair lagu secara bersahut-sahutan.
Baca juga:
Lagu yang digunakan sebagai pengiring semacam pantun berbentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh kelompok lain. Lagu tersebut dilontarkan sambil menari bersama-sama.
Efrida menambahkan, alat musik yang digunakan sebagai pengiring tarian ini awalnya berupa tamborin. Alat musik tersebut sejenis rebana yang merupakan ciri khas kesenian dengan unsur Islam.
Ediwar mengungkapkan bahwa pada awalnya rapa'i yang digunakan berukuran besar. Namun seiring bertambahnya gerakan baru yang lebih rumit dan cepat, seniman indang dan guru-guru surau menggunakan rapa'i berukuran kecil.
Sumber:
Efrida. 2012. Olah Vokal dalam Tari Indang Pariaman Sumatera Barat. ISI Surakarta
Erlinda. 2016. Menapak Indang sebagai Budaya Surau. Padang Panjang: LPPMPP ISI Padangpanjang
Ediwar (dkk). 2018. Musik Tradisional Mingkabau. Yogyakarta: Gre Publishing
Nurmalena, Sri Rustiyanti. 2014. Kesenian Indang: Kontinuitas dan Perubahan. Panggung. 24(3). Hal: 250-257
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.