Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/04/2023, 07:08 WIB
Susi Gustiana,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Keesokan harinya, kena dila dilakukan di rumah Mama Lidya. Sebelum beduk dipukul, tamu undangan sudah berkumpul membentuk lingkaran di ruang tamunya.

Menu utama untuk berbuka waktu itu adalah sayur mentimun dan daging ayam.

Sementara itu, besoknya kena dila dilaksanakan di rumah Mama Yuyun. Menunya sayur khas Tepal yaitu mentimun besar yang dicampur santan kelapa dan daging ayam.

Baca juga: 5 Wisata Religi di Lombok Barat NTB, Ada Makam di Tengah Laut

Meski bulan Maret ini belum musim panen, tetapi warga desa tetap bersedekah saat bulan Ramadhan.

"Alhamdulillah meski keadaan serba terbatas, kami masih bisa gelar tradisi kena dila," kata Mama Yuyun.

Warga wajib menghadiri kena dila

Menurut tokoh adat Desa Tepal, Muntaka (62), bagaimana pun sulitnya kondisi ekonomi saat ini, warga Desa Tepal tetap menggelar tradisi tersebut.

Kena dila juga dapat dilihat dari status sosial keluarga sambung Muntaka. Untuk keluarga yang mampu, pasti akan mengundang lebih banyak tetangga dan sanak saudara.

"Menunya juga beda tergantung kemampuan ekonomi keluarga yang dapat giliran kena dila," kata Muntaka.

Selain silaturahmi, kena dila bisa menjadi berkah tersendiri untuk bersedekah pada bulan Ramadhan.

Baca juga: 5 Tips Mendaki Gunung Rinjani NTB buat Pemula, Pahami Prosedur

Salah seorang warga bernama Gita (23) mengatakan, kena dila termasuk tradisi yang wajib dihadiri. Tujuannya adalah menghargai undangan dan memperkuat tali silaturahmi.

"Jika ada undangan dari rumah keluarga kita dan tetangga yang (menggelar) kena dila maka kita wajib datang dan tidak berbuka puasa di rumah," kata Gita.

Menurut Gita, undangan tersebut disampaikan secara lisan sembari mendatangi rumah satu-persatu. Jadi warga tidak makan sendirian di rumahnya karena akan datang ke rumah tetangga yang mengundang.

"Kecuali tidak ada keluarga yang mengundang, baru akan berbuka di rumah sendiri di hari itu pada bulan Ramadhan," jelas Gita.

Baca juga: 12 Wisata Lombok NTB Selain Pantai, Ada Goa dan Bukit

Bagi anak muda seperti Gita, kena dila menjadi ajang berdiskusi dengan teman sebaya. Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol, membahas isu terkini seputar desa, dan meramaikan rumah yang menjadi lokasi kena dila.

"Kalau kita datang ke rumah yang kena dila, nanti orang itu juga akan datang ke rumah kita saat dapat giliran. Jadi ramai di rumah kita, nanti istilahnya basiru," tuturnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Baca tentang


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com